hubungan abah muhammad zuhri dengan thoriqoh qodiriyah wa naqsabandiyah, syeh abddurrahman ahmad badawi, syeh muslih abdurahman al-maraqi dan syeh ahsan maliki
Wardy Yansyah
maaf izin tanya guru ikut thariqah siapa
===============================
saya secara pribadi..... Diantara guru saya awalnya
dahulu berasal dari thoriqoh qodiriyah wa
naqsabandiyah...... Merupakan mursyid thoriqoh trsbt....
Saya pertama dibaiat oleh beliau......
Lalu saya jg berguru kpd guru sambung yg lain dari
jalur non thoriqoh..... Lalu guru lain lagi, dalam jalur
non thoriqoh, walau beliau sendiri sebenarnya jg prnh
dibaiat uluhiyah dahulu kalanya.....
Saya pribadi tidak membawa bendera thoriqoh disini.....
Bukan bermaksud apa2, karena saya mengajarkan
metode yang ada perbedaan dgn thoriqoh yg ada......
Sebab diantara jalur yg saya terima ada yg dari non
thoriqoh dan cara terjun bebas..... Sangat ekstrim,
hanya bagi kelas khusus......
Demikian adalah usaha utk mempercepat pencapaian.....
. Dengan kualitas yg mumpuni dan wkt yg dipersingkat...
...
Sudah jamannya "upgrade".....
*
Zahra Navisa
almaghfurrlah romo kiai asrori kedinding nggih kanjeng
Guru _/\_ Salam ta'dzim kanjeng Guru _/\_
================================
bukan....... Saya dibaiat qodiriyah wa naqsabandiah
dahulu kala oleh guru pertama saya yaitu syeh
abddurrohman ahmad badawi, mranggen, demak.....
Menantu dan murid dari syeh muslih al maroqqi....
Pendiri pesantren futuhiyah, mranggen demak.....
Kalian mungkin mengenal syeh muslih melalui karyanya
kalau tdk salah, manaqib syeh abdul qodir jaelani yg
sering dibaca org2 itu.....
*
guruku ada banyak, guru pertamaku adalah syeh
abdurrahman ahmad badawi (mranggen, demak), murid
dan anak menantunya syeh muslih abdurahman al-
maraqi (futuhiyyah, mranggen, demak).......
tolong difahami bahwa saya tak hendak menjual2 nama
besar guru, krnnya slama ini prtanyaan spt itu tdk prnh
sy jawab, br kali ini saja saya jawab. dan saya jg beda
gaya, kalau guruku selalu pakai jubah dan bersorban
setiap hari, kalau saya tdk prnh, bhkn pakai peci saja
ogah........ kalau guruku org yg taat dan sholeh, aku org
yang amburadul dan sesukaku saja....... heuheuheu
*
iya, saya hanya tdk ingin timbul fitnah, oleh karenanya
disini saya mmng tdk membawa2 nama guru. sbb
terutama, nama syeh muslih (kakek guru) itu sdh
trlanjur dikenal luas. kalau tdk salah manaqib syeh
abdul qodir jaelani yg populer dibaca org2 adalah
gubahan beliau......
jadi sekali lagi saya sampaikan, semua status saya, atas
nama saya pribadi, tdk membawa2 dan mencatut nama
guru saya. agar tdk timbul pandangan bhw saya
mencatut nama bsr org, dan kelakuan saya yg
amburadul sesukanya itu, agar pula jgn mencemarkan
nama beliau2 itu..... ini yg saya jaga...... trimakasih, bagi
yg bs memahami......
semua org berhak utk blajar, krn ilmu itu ibarat air saja,
kita tak perlu membelinya asal sumur kita bagus dan tak
tercemar, maka siapa saja boleh meminumnya.
*
Bagi yang masih saja bertanya saya dari thoriqoh apa.
saya akan jawab dan terangkan lagi, bahwa saya mmng
dahulu, sktar 16 thn lalu, adalah murid thoriqoh
qodiriyah wa naqsabandiyah, mursyid saya sudah lama
meninggal, silsilahnya kalau tidak salah urutan 32, itu
berarti saya generasi ke-33, dan usia saya juga 33, 7
hari lagi. Status saya belum dinikahi. heuheuheu........
Namun disini saya tidaklah membawa-bawa bendera
thoriqoh, saya atas nama diri saya pribadi. Dan guru
sayapun tidak hanya satu, dan tidak hanya dari jalur
thoriqoh, namun ada 4 jalur, yang menjadi 1 jalur
dalam diriku.
Bagiku silsilah maupun bai'at ataupun wasilah itu adalah
percuma tanpa adanya hubungan batiniah yg dalam
antara hamba-dan TUHANnya. Seorang yang terhubung/
wushul kehadirat Allah, maka dia juga akan terhubung
ke jalur manapun yang ada, karena dia telah membawa
"inti" dari keilmuan TAUHID.
"Sungguh tak cukup hanya BERTAUHID saja, namun
haruslah menjiwai TAUHID, dan itupun tak cukup,
haruslah menjadi JIWANYA TAUHID itu sendiri......."
"TAUHID itu ujungnya telah nampak jelas, bahwa ujung
dari semua perkara ini adalah ALLAH, namun justru
dasarnyalah yg tidak terbatas, sebab dasarnya selalu
sedalam "penyelaman" diri pribadi."
*
na'am syekh
afwan ana blh tau nama antum tidak dan thoriqoh apa
yg anda jalani
apa ana haruz ganti ya nama akun ana?
11 minutes ago · Sent from Mobile
Fatwa Kehidupan
engkau boleh memanggilku muhammad zuhri...... dulu
aku ikut qodiriyah naqsabandiah, dan jg brguru pd
guru2 jalur lain (non thoriqoh)...... saya tidak membawa
bendera thoriqoh lagi....... tapi saya membuat susunan
dan metode, sbgmn para pendahulu dahulu menyusun
metodenya masing2...... umpama syeh abdul qodir
jaelani, syeh bahaudin naqsabandi, syeh saman
almadani, syeh hasan sadzili, dsb........
saya tak mengajarkan ketergantungan kepada guru, agar
murid2 tak menjadi burung2 kecil yg galau diterpa
badai, sebaliknya, saya mendidik mereka agar menjadi
rajawali raksasa yg kokoh, mencapai tempat2 tinggi.......
tak seharusnya orang2 menjadi pengekor selamanya
dan kandas dalam jalan yang membingungkan, harus
bisa menjadi jiwa mandiri, kembali menjadi muhammad
(makhluk yg terpuji), kembali kepada kemurnian dan
keaslian jiwa........
yang perlu engkau rubah bukan hanya nama akunmu,
namun pemikiran dan perasaanmu, agar tak kandas
kepada istilah2 belaka, tapi mampu menghayati setiap
kedalaman makna.........
*
Bagaimana cara guru mendidik muridnya??.......
yah tentu saja dengan cara bagaimana dia dahulu
menempuhnya....... saya pun mengajari murid dengan
jalan yang saya tempuh dahulu, sebelum akhirnya saya
diikuti orang2........ dulu saya suka menyepi dan
menyendiri, sekarang saya mendidik yah membuat
tempat untuk menyepi dan menyendiri itu...... sama.
dulu yah awalnya saya mulai dari dzikir jahar kemudian
tambah sirri, selama bertahun tahun, terus
menekuninya. sama, sekarang saya pun mendidik
dengan cara seperti itu.......
Pada jaman dahulu kala, para wali pendiri thoriqoh pun
menempuh jalan yang sama, namun setelah disusun
thoriqohnya rata2 metodenya tidak seekstrim syeh
pendirinya dahulu.
saya kasih contoh: seperti syeh abdul qodir jaelani,
hidup menggelandang selama puluhan tahun di gurun
dan korek2 sampah dipasar2 buat makan, apakah
murid2 thoriqoh qodiriyah ada yg menjalani sama
dengan yg dijalani abdul qodir jaelani dahulu
kala????...... saya rasa tidak.
contoh lain: syeh hasan syadzili hidup menyepi di gua
gua, apakah murid2 thoriqoh syadziliah ada yg
menjalani sama dengan yg dijalani hasan syadzili??......
saya rasa juga tidak.
Malah mursyidnya banyak yang hidup enak2an dan
bermegah megahan. Sudah bergeser jauh dari ajaran
lelaku awal para syeh syeh pendirinya dahulu kala.......
Ajaran itu sudah bergeser, tidak sama lagi dengan
dahulu kala....... makanya cahayanya makin redup dari
waktu ke waktu......
*
Beberapa hari yang lalu saya berkunjung kerumah guru
lama saya dahulu, skrng beliau sdh mursyid thoriqoh
qodiriyah naqsabandiah . saya datang untuk silaturahmi
dan minta doa restu darinya. Kami berbincang2, lalu
sampai suatu titik saya menyampaikan bahwa saya skrng
punya banyak sekali murid2 yang mengikuti saya, maka
dia kaget dan berkata, "saya kok tidak bisa lihat
jubahmu". Lalu kembali berkata, "apa yang kamu
ajarkan, masih pakai Muhammad apa gak?"...... "iya
tentu saja, karena saru (tabu) pak, jika tdk pakai
muhammad seolah melangkahi kanjeng nabi", jawab
saya. "trus kamu mau mandito atau bagaimana?".....
"yah mengalir saja pak, saya nrimo saja apa kehendak
Allah, kalau dipaksakan timbulnya jg nafsu".
Guru lama saya itu sdh tahu, kalau saya jg prnah
berguru dgn guru2 lainnya, maksudnya pakai
muhammad atau tidak, itu disebut sbg "sasmita" atau
pesan simbolik atau suatu bahasa majaz. Dalam dunia
"keruhanian", penggunaan sasmita itu lazim, atau biasa
dipakai sbg bhs khusus yg mengandung majaz, hanya bs
ditangkap dgn cepat mrk2 yg "tanggap ing
sasmita" (tanggap dgn simbolik2 maknawiah). "pakai
muhammad" itu maksudnya pakai jalur syariat atau
tidak. Karena kesufian memang banyak jalur, dan bisa
pakai jalur non-muhammad. "jubah yang tidak
kelihatan" itu maksudnya sesuatu hal kemuliaan yg
selalu tertutup rapat tdk diperlihatkan.......
Diakhir2 perbincangan, beliau memberikan doa
restunya, dan mengatakan scr sderhana bhwa dirinya
memang perlu kholifah. ucapan itu maksudnya adalah
suatu pelimpahan kpd saya, dlm hak sbg kholifah bagi
thoriqoh. spt diketahui kholifah itu adalah wakil dr
seorang mursyid, krn byknya murid, maka mursyid
mulai perlu pendelegasian kpd kholifahnya, bg
kelompok2 kecil murid2, dimana kholifah itu berhak
membina dan membai'at murid menurut kuasa dan
sepengetahuan dr mursyidnya.
Saya pulang dgn membawa doa restu, bhkn guru saya
malah minta saya doakan, krn tawadhu'nya beliau, jadi
kebalik gitu.
Tapi saya kok kurang tertarik menjadi kholifah thoriqoh,
saya lebih tertarik jadi "guru kebodohan" saja spt skrng
ini, yg walau tdk pakai kapal besar (thoriqoh), tp hanya
rakit kecil sederhana, namun memiliki tekat dan
semangat yang jauh lebih kuat dan besar dari kapal2
besar........ saya lebih senang spt ini saja.........
Jadi bagi saudara2 yg hendak berbaiat thoriqoh atau
belajar thoriqoh, carilah saja guru/mursyid lain diluar
sana, kalau hendak belajar bodoh, boleh disini, sanad
ilmu saya, hanya sanad bodoh, hanya silsilah bodoh
saja...... yang keberatan ikutan bodoh, boleh mencari
guru lain yang pintar........ tidak ada paksaan.........
*
Guru Saya
Abah Ahsan Maliki adalah salah seorang guru saya.....
dahulu saya sering menginap dirumahnya, jadi saya
tahu sampai keisi isi dapurnya...... Beliau adalah orang
yang baik, yang sholeh, menurut pengetahuan saya........
Maka dengarkanlah nasehatnya, ambillah pelajaran
darinya...... Banyak ilmu yang bisa kalian petik
darinya.......
Abah ahsan maliki, sebagai seorang mursyid, insyaallah
sudah tidak perlu diragukan lagi, keilmuan batiniahnya
juga mumpuni......
Saya senang jikalau diantara murid murid saya mau
bersilaturahmi dan mengambil hikmah pelajaran dari
abah ahsan.........
Ahsan Maliki itu adalah nama pemberian gurunya, yaitu
syeh abdurrohman ahmad badawi mranggen demak,
nama pemberian orang tuanya adalah agus
harmanto....... Guru SMA adalah pekerjaannya.....
Mursyid thoriqoh qodiriyah wa naqsabandiah adalah
kedudukannya......
Penjelasan penjelasan yang lain saya rasa tidak perlu,
atau mungkin bisa dikomunikasikan langsung kepada
abah ahsan.....
Walau sejak awal Fatwa Kehidupan memang berdiri
sendiri, penuh kesusahan dan kesulitan, banyak
pertentangan pro dan kontra, namun sampai sejauh ini
kita baik baik saja...... memang tidak mudah untuk
berdiri diatas kaki sendiri, beban dan tantangannya
berat, namun justru tantangan itulah seninya hidup,
dimana hidup ini tidak akan mekar, tidak akan beraroma
harum tanpa sebuah perjuangan......
Namun perlu mengingat satu hal, bahwa guru itu
selamanya adalah guru..... melalui abah ahsan malikilah
dahulu kala saya diperkenalkan tentang Tuhan, dimana
keadaan saya saat itu hanyalah pemuda yang tidak
mengerti apa apa..... Jasanya itu adalah sesuatu yang
mungkin tidak mampu saya balas sampai kapanpun......
Maka memuliakan guru adalah sebuah darma bakti,
yang sudah sewajarnya, sudah selumrahnya saya
lalukan.......
Semoga Allah merahmati kita semua......
( dicopy-paste dari tulisan facebook dan atau blog
yg terhubung dengan akun Guru Fatwa Kehidupan
https://m.facebook.com/fatwa.kehidupan )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar